Latest News

Jumat, 25 Desember 2020

Sejarah Aceh (21): Sejarah Pidie dan Sigli; Sejarah Kerajaan Pedir di Pantai Timur dan Kerajaan Daja di Pantai Barat Tempo Dulu

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini 

Ada tiga kerajaan lama di ujung utara pulau Sumatra. Kerajaan Atjeh di pantai utara, kerajaan Daja di pantai barat dan kerajaan Pedir di pantai timur. Posisi strategis kerajaan Atjeh karena dapat mencangkau kerajaan Daya maupun kerajaan Pedir. Hal itu juga yang meungkinkan posisi kerajaan Atjeh di tikungan navigasi pelayaran cepat tumbuh dan berkembang ketika arus perdagangan semakin intens sehubungan dengan kahadiran orang Eropa (yang diimulai Portugis). Seperti halnya kerajaan Daja, dalam konteks inilah sejarah Pedir berawal.

Dalam daftar kabupaten di provinsi Aceh terdapat sejumlah kabupaten yang tidak menggunakan nama Aceh, yakni: Bener Merian (pemekaran Aceh Tengah), Bireuen (pemekaran Aceh Utara), Gayo Lues (pemekaran Aceh Tenggara), Nagan Raya (pemekaran Aceh Barat), Pidie, Pidie Jaya (sudah tentu pemekaran dari Pidie) dan Simeulue (pulau yang sebelumnya dimasukkan ke Aceh Barat). Kabupaten permekaran dari Aceh Barat yang lain adalah kabupaten Aceh Jaya, suatu wilayah dimana termpo doeloe terdapat kerajaan Daja. Lantas jika Daja (termasuk Lamno) dimekarkan dari kabupaten Aceh Jaya apakah namanya kabupaten Daya? Itu hal lainlah.

Suksesi kerajaan Pedir adalah Pidie dan Sigli. Kini, nama Pidie dijadikan sebagai nama kabupaten di provinsi Aceh dengan ibu kota di Sigli. Dalam berbagai tulisan disebutkan bahwa Pidie terhubung dengan Bugis (di Sulawesi) dan konon karena kehadiran orang Bugis di Pidie muncul nama Sigli. Bagaimana bisa? Itulah pertanyaan sekundernya. Pertanyaan priernya adalah bagaimana sejarah Pidie berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah �sumber primer� seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pidie: Kerajaan Pedir

Sebelum terbentuk (kota) Sigli di masa lampau, sudah eksis (kerajaan) Pedir sejak zaman kuno. Kota Sigli pada masa kini berada di pantai, sedangkan posisi GPS Pedir berada agak di pedalaman. Pusat kerajaan Pedir berada di pantai. Saat itu kota Sigli yang sekarang masih lautan di teluk Pedir. Ke dalam teluk Pedir ini bermuara dua buah sungai yakni sungai Inong (Inang) dan sungai Baroh (Baru). Sungai Baroh yang bermuara di Tangse kemudian disebut sungai Pedir.

Wilayah Tangse besar dugaan adalah suatu danau (rawa) di zaman kuno karena terjadinya proses vulkanik(cekungan tiga gunung: G Seukeu, G Brieeng dan G Meulintang). Ke dalam danau Tangse ini bermuara beberapa sungai pegunungan (termasuk sungai Tangse). Dari danau Tangse ini air mengalir ke dua arah. Ke barat menuju laut di Panthon, yang mana sungai ini disebut sungai Tangse di hulu dan sungai Teunom di hilir. Ke timur menuju laut di Pedir, yang mana sungai ini disebut sungai Baroh (sungai Pedir, kemudian sungai Pidie). Bagaimana danau Tangse mengering pada masa lampau tidak diketahui secara jelas. Hal itulah boleh jadi di lembah Tangse terdapat nama-nama kampong  Koeala Kroeng, Poelo Boengong, Lhok Loebo dan Lhok Rawa.

Pusat kerajaan Pidie terletak di (kampong atau kota) Peukan Pidie (di arah hulu sungai Pidie). Sementara letak kerajaan semasa Pedir berada lebih ke hulu lagi di sungai Pidis (sungai Pedir). Sedangkan pada era kota Segli (Sigli) pasar telah relokasi ke Peukan Baroe. Besar dugaan adanya pasar baru ini nama sungai Pedir atau sungai Pidie disebut menjadi sungai Baroh (Baroe).

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, awalnya wilayah hilir sungai Baroh ini dibagi ke dalam dua wilayah (moekim) yakni Pedir dan Pakan Baroe. Yang mana wilayah Pakan Baroe ini terdiri dari beberapa kampong seperti Segli dan Pakan Baroe, sedangkan yang masuk wilayah Pedir antara lain kampong Peukan Pidie dan Rawa. Secara kerseluruhan pada awal pembentukan cabang pemerintahan Hindia Belanda (pasca jatuhnya kota Atjeh 1873) wilayah Atjeh dibagi ke dalam lima wilayah: Groote Atjeh, Westkust van Atjeh, Noordkuist van Atjeh, Oostkust van Atjeh dan Zuidelijke Nederzettingen van Groote Atjeh. Wilayah Noordkuist van Atjeh terdiri dari 10 moekim: Pedir, Gighen, Pakan Baroe, Ajer Leboe, Endjoeng, Pantai Radja, Merdoe, Samalanga, Pasangan dan Kloempang Doea. Peta 1898

Wilayah Noordkuist van Atjeh berpusat di (kampong) Segli. Hal ini karena pejabat pemerintahan Hindia Belanda (Controleur) berkedudukan di Segli. Ini dengan sendirinya ibu kota Wilayah Noordkuist van Atjeh berada di Segli. Seperti dilihat nanti, dalam perkembangannya nama wilayah menjadi afdeeling yang dibagi ke dalam beberapa onderafdeeeling diantaranya onderfadeeling Pedir (hilir sungai Baroh) dan onderafdeeling Pidie (hulu sungai Baroh), Lambat laun nama Segli disebut Sigli. Ibu kota Pedir di Sigli dan ibu kota Pidie di Tangse.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kota Sigli dan Orang Bugis

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). .: Source:poestahadepok.blogspot com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar