Latest News

Sabtu, 02 Januari 2021

Sejarah Aceh (38): Sejarah Perjalanan Haji di Aceh, Wilayah Paling Dekat ke Mekkah; Sejarah Perjalanan Haji Era Hindia Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Di nusantara sejak zaman kuno sudah banyak haji (orang yang pernah menunaikan ibadah haji di Mekkah). Namun bagaimana mereka melakukannya tidak terinformasikan. Apakah mereka itu orang Arab atau bangsa lain setelah haji bermukim di nusantara atau mereka yang berdagang ke nusantara dan kembali ke negerinya (lalu pergi berhaji). Lalu bagaiman penduduk asli nusantara yang berhaji jauh ke Mekkah? Tentulah sangat sulit karena jaraknya yang jauh membutuhkan biaya yang besar.

Para haji di nusantara tentu saja sudah ada jauh sebelum terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa ini diduga sudah ada pemberangkatan haji ke Mekkah. Namun sekali lagu, kurang terinformasikan. Pada era VOC baru muncul berita perjalanan haji yakni kafilah-kafilah (dengan mengendarai unta) yang datang dari Mesir dan Turki sedang melakukan perjalanan haji ke Mekah. Yang jelas pada era VOC sudah intens lalu lintas pelayaran dari nusantara ke Mekah oleh pedagang-pedagang yang berasal dari jazirah Arab, namun tidak terinformasikan apakah mereka juga memberikan layanan penumpang jarak jauh. Konon, kapal-kapal Inggrislah yang terinformasikan memanfaatkan layanan angkuta haji, tidak pada era VOC tetapi pada era Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini karena koloni Inggris terhubung antara nusantara, India dan jazirah Arab. Awalnya Pemerintah Hindia Belanda dingin saja, tetapi melihat potensinya yang besar, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya tertarik untuk bisnis pelayaran perjalanan haji ini.

Lantas bagaimana sejarah perjalanan haji di Aceh? Sudah barang tentu jarak paling dekat di Hindia Belanda ke Mekkah. Namun masalahnya Pemerintah Hindia Belanda belum hadir di Atjeh. Lalu sejak kapan sejarah perjalanan haji di Aceh? Apakah sudah ada sebelum kehadiran Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah �sumber primer� seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Para Haji di Atjeh dan Perjalanan Haji ke Mekkah

Tunggu deskripsi lengkapnya

Atjeh Serambi Mekkah: Sejarah Perjalanan Haji

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). .: Source:poestahadepok.blogspot com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar