Latest News

Technology

Recent Posts

Selasa, 02 Februari 2021

Sejarah Kupang (10): Pulau Komodo dan Komodo Dilihat dari Sumbawa; Bagaimana Pulau Komodo Dilihat dari Pulau Flores?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Di Pulau Komodo ada komodo. Dalam hal ini kita tidak hanya membicarakan biawak komodo juga tentang sejarah Pulau Komodo. Lantas apakah sejarah Pulau Komodo sudah ditulis? Tampaknya belum. Sedari dulu orang hanya tertarik tentang komodo dan lupa sejarah tentang pulau Komodo. Komodo tidak hanya di pulau Komodo, tetapi dari nama pulau inilah biawak besar ini mendapatkan namanya. Hal itulah mengapa sejarah Pulau Komodo penting.

Biawak yang disebut komodo (Varanus komodoensis) ditemukan di beberapa tempat yang berdekatan selain Pulau Komodo, yakni di Pulau Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami. Komodo yang disebut dalam bahasa lokal ora adalah spesies terbesar dari familia Varanidae (kadal) di bumi yang panjang rata-rata dua hingga tiga meter dengan berat sekitar 100 Kg. Sebagai hewan endemik langka dan untuk menghindari kepunahan habitatnya di Pulau Komodo ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo (situs warisan dunia Unesco). Nama Pulau  Komodo sendiri kini menjadi nama kecamatan di kabupaten Manggarai Barat di provinsi Nusa Tenggara Timur. Antara Pulau Komodo dan Pulau Sumbawa (provinsi Nusa Tenggara Barat) dipisahkan oleh selat Sape.

Bagaimana sejarah Pulau Komodo? Seperti disebut di atas belum ada yang menulis. Untuk mendapatkan gambaran tentang sejarah komodo, sejarah Pulau Komodo menjadi lebih penting lagi. Pulau Komodo awalnya dilihat dari pulau Sumbawa. Lantas bagaiana Pulau Komodo dilihat dari Pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah �sumber primer� seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Komodo

Tunggu deskripsi lengkapnya

Komodo di Pulau Komodo

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Source : poestahadepok.blogspot com

Sejarah Menjadi Indonesia (45): Mengapa Surat Kabar Harus Berhenti Terbit; Apakah Pikiran Rakyat Bisa Berhenti Terbit

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Biasanya sejarah bermula, tepi kali in kita berpikir tentang sejarah berakhir. Sangat janggal menulis narasi sejarah dengan judul negatif seperti surat kabar berhenti terbit. Judul yang kerap dan lebih adil adalah secara positif seperti sejarah awal terbitnya surat kabar Pikiran Rakyat (terserah kapan berakhir). Tiga surat kabar (majalah) yang pernah saya berlangganan di masa lalu, yang belum lama ini dikabarkan harus berhenti terbit: Suara Pembaruan, Indo Pos dan Koran Tempo.

Berhentinya tiga surat kabar ini Suara Pembaruan, Indo Pos dan Koran Tempo boleh kita tangisi tetapi jangan berlebihan, Saya masih ingat wartawan Suara Pembaruan mewawancarai saya tentang sejarah sepak bola. Bisa saja isak tangis tiga koran cetak ini menjadi kegembiraan jika tiga surat kabar ini beralih ke surat kabar on-line. Tiga koran ini mewakili koran-koran lain sebelumnya yang lebih dulu berhenti terbit. Entah berapa koran lagi akan menyusul. Itu semua karena zaman baru telah mengubah arah pembaca. Yang jelas bahwa tiga koran ini dan koran lainnya akan dikenang sebagai bagian sejarah pers Indonesia. Saya masih ingat ketika surat kabar Suara Pembaruan dan surat kabar Indopos terbit pertama dan kemudian berlaganan. Saya masih ingat di tahun 1980an membeli majalah tempo (plus Intisari) bekas dengan harga rata-rata Rp 50-Rp 200 karena mahasiswa umumnya hanya mampu baca majalah di perpustakaan. Hingga lulus kuliah saya punya koleksi majalah Tempo hampir 800 edisi dimana ditemukan kolom Catatan Pinggir dari GM dan kolom Abdurrachman Wahid dan Emha Ainun Najib. Tentu saja itu semua menjadi sejarah bagi saya. Secara khusus untuk Indopos, saya masih menyimpan banyak suplemennya Indosport-nya (bersaa Go dan Top Skor).

Artikel ini tidak berbicara tiga surat kabar yang belum lama ini berhenti terbit, tetapi tentang surat kabar tempo doeloe yang juga harus berhenti terbit karena berbagai sebab apakah pada era VOC, era Pemerintah Hindia Belanda, era Pendudukan Jepang dan era Republik Indonesia. Pada era Pemerintah Hindia Belanda satu kata �breidel� menjadi kata kematian untuk suatu koran berhenti terbit, seperti surat kabar Sianr Merdeka yang terbit di Padang Sidempoean 1919 dan dibreidel 1922, surat kabar Bintang Timoer dan surat kabar Fikiran Ra�jat. Tentu saja di era Republik Indonesia bagaimana surat kabar Indonesia Raja dibreidel dan bagaima surat kabar Pikiran Rakjat tetap eksis. Jaman breidel sudah lama berlalu, tetapi seperti tiga koran di atas berhenti terbit secara alamiah (perubahan zaman). Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah �sumber primer� seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Era Kolonial: Belanda, Inggris dan Jepang

Tunggu deskripsi lengkanya

Era Republik Indonesia: Pikiran Rakyat

Tunggu deskripsi lengkanya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).Source : poestahadepok.blogspot com

Senin, 01 Februari 2021

Sejarah Kupang (9): Sejarah Pulau Rote di Dekat Kota Kupang; Dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote, Sabang hingga Merauke

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Dari Sabang hingga Merauke. Ada juga dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Kita tidak sedang menyanyikannya, tetapi berusaha memahami sejarah Pulau Rote dilihat dari Pulau Miangas. Mengapa harus dilihat dari jauh di pulau Miangas, padahal pulau Rote begitu dekat dengan kota pelabuhan Kupang di pulau Timor. Disitulah letak pentingnya Pulau Rote di dalam sejarah (pulau Miangas di utara).

Pulau Rote adakalanya juga disebut Pulau Roti. Sebuah pulau besar di selatan Kota Kupang yang berbatasan dengan (negara) Australia. Pulau Rote terkenal tidak hanya karena terbilang pulau paling selatan di Indonesia, Pulau Rote juga dikenal karena pohon lontar, musik sasando dan topi adatnya. Pulau Rote dan pulau-pulau kecil di sekitarnya pada tahun 2002 dijadikan satu wilayah kabupaten (berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002).  Kabupaten Rote Ndao (pemekaran dari Kabupaten Kupang) beribukota di Baa.

Bagaimana sejarah Pulau Rote? Tentu saja sudah ada yang menulisnya. Lalu apakah itu cukup? Narasi sejarah tidak pernah cukup, karena upaya penggalian data sejarah terus dilakukan. Sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah juga harus ditambahkan. Lantas sejak kapan sejarah (pulau) Rote bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah �sumber primer� seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Rote: Dari Sabang Hingga Merauke

Dalam peta-peta lama (era VOC) nama Pulau Rote diidentifikasi dengan nama Rotti, Rothi, Rothe dan Rotte. Dalam salah satu peta, pulau Rote juga disebut Noussa da Heene dan pada peta lainnya disebut Roeshe dahena. Namun secara keseluruhan nama yang selalu disebut adalah Rothe.

Identifikasi nama pulau Rote diduga sudah ada pada era Portugis (merujuk pada naa India pada era Hindoe). Namun identifikasi nama pulau baru benar-benar eksis setelah kehadiran Belanda di Coepang (1613). Asal-usul nama Rothe (Rote) tidak diketahui secara pasti. Yang jelas nama Rothe pada masa itu adalah marga orang Belanda. Lantas apakah nama pulau yang dicatat sebelunya Noussa da Heene atau Roeshe dahena (era Portugis) telah digantikan dengan nama Rothe? Sangat mungkin. Meski din dalam peta yang berbeda-beda seperti Rotti, Rothi dan Rotte naun tampaknya itu merujuk pada nama Rothe. Catatan: Pada tahun 1613 orang-orang Belanda mengusir orang-orang Portugis dari Coepang. Noussa adalah nusa atau pulau (seperti Nousa Cambangan, Jawa; Nousa Panida, Bali; Nousa Laoet, Maluku). Apa nama [Noesa] Dahena sebelum era Portugis tidak diketahui secara pasti.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Rote dalam Sejarah Kupang Dilihat dari Pulau Miangas

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com